Selasa, 23 Juni 2015

RANGKUMAN
MENEJEMEN MUTU PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Menejemen Mutu Pendidikan
Dosen Pengampu : Mu’minah, M.Pd.I






Disusun oleh:
Moh. Aban Falahi (342112020)
T3A



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KIAGENG PEKALONGAN (STAIKAP) 
2015

 

                                               KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas rangkuman ini .
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
            Rangkuman ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Resuman ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Namun demikian, apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, maka kami dengan senang hati menerima kritik konstruktif dari pembaca.










Pekalongan, 24 Juni 2015
Penulis


MOH.ABAN FALAHI
342112020




DAFTAR ISI



 

 









BAB I
PENDAHULUAN

A.     pengertian Mutu

 Garperz(2002) menjelaskan bhawa mutu banyak memiliki definisi yang berbeda dan bervariasi, dari  konvensional sampai modern. Definisi kinvensional mendefinisikan karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern menjelaskan behwa mutu adalah sesuatu yang memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Namun, konsep dasar mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki karena pada dasarnya tidak ada proses yang sempurna.
Definisi mutu menurut Arcaro (2006) adalah derajat variasi yang terduga standar yang digunakan dan memiliki ketergantungan pada biaya yang rendah.
Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat sempurna dan sibuat dengan biaya yang mahal. Produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga para pemiliknya. Suatu contoh mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan istimewa, mahal dan memiliki interior dari kulit. Langka dan mahal berarti nilai penting dalam sefinisi mutu. Mutu dalam pandangan ini digunakan dalam untuk menyampaikan unggulan status dan posisi dan stastus kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu akan berbeda dengan lain yang tidak mampu memilikinya. Dalam konteks mutu pendidikan, konsep mutu adalah elite karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman dengan mutu tinggi kepada peserta didik.

B.      Sejarah Perkembangan Mutu

 Perkembangan mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan era menuju era industri dimana mulai dipergunakannya mesin-mesin untuk membantu proses produksi. Secara garis besar perkembangan atau evalusi mutu adalah sebagai berikut:
a.       Era tanpa mutu
Merupakan era dimana persaingan belum terjadi oleh karena produsen atau pemberi pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun belum diberi kesempatan untuk memilih. Keadaan ini menyebabkan mutu pelayanan organisasi publik belum menjadi penilaian pengguna hanya mengutamakan yang penting ada dan dapat dipergunakan saja. 
b.      Era inspeksi
Era ini dimulai oleh perusahaan – perusahaan yang memproduksi barang, hal ini terjadi karena mulai adanya persaingan antar produsen. Dengan demikian tiap perusahaan mulai melakukan pengawasan terhadap produknya. Pada era ini juga mulai dilakukan pemilahan mutu barang yang dilakukan melalui inspeksi. Namun mutu produk hanya pada atribut yang melekat pada produk. Oleh karena itu mutu hanya dipandang produk yang rusak, cacat atau hanya pada penyimpangan dari atribut yang sehartusnya melekat pada produk tersebut. Era inspeksi ditandai dengan perhatian yang rendah dari pihak manajemen terhadap mutu produk. Tanggung jawab terhadap mutu produk didelegasikan pada departemen inspeksi yang bertugas hanya pada pendeteksian dan penyisihan produk yang tidak memnuhi sysrat kualitas dari produk yang baik.
c.       Era pengendalian Mutu
Di Era statitical quality control atau jaman pengendalian mutu, manajemen telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian yaitu dengan cara departemen inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan metode statistik di dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan dari proses produksi
d.      Era jaminan mutu
Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang menekankan pada koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. Pada era ini mulai dikenal adanya konsep total Quality Control (TQC) yang diperekenalkan oleh Armand F  pada tahun 1950.
Sejak era inilah peran manajemen mulai diperhitungkan untuk terlibat dalam penentuan dan penanganan mutu produk. Selain itu dalam era jaminan mutu ini pula mulai diterapkan bukan hanya pada industri manufaktur, tetapi juga pada  industri jasa.
e.       Era Menejemen Mutu Terpadu
Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980 – an, era ini menekankan pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkesinambungan kepuasan pelanggan pada titik penekanan biaya agar sama dengan biaya yang sesungguhnya untuk menghasilkan dan memberikan pelayanan. 
            Startegi yang digunakan dalam penggunaan menejeman mutu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan yang memosisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan(service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan(customer). Maka, pada saat itulah dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.
            Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan, misalnya manajer, guru, staff dan penyelenggara institusi. Sedangkan, pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia institusi. Jadi, suatu institusi pendidikan tersebut bermutu apabila pelanggan internal dan eksternal telah terjalinkepuasan atas jasa yang diberikan.
            Dalam pelaksanaan pendidikan, sekolah/madrasah yang menerapkan TQM harus memperhatikan lima pokok hal, yaitu sebagai berikut :
Ă¼  Perbaikan secara terus menerus(continous improvement)
Ă¼  Menentukan standar mutu(quaity assurance)
Ă¼  Perubahan kultur(change of cultur)
Ă¼  Perubahan organisasi(upside-down organization)
Ă¼  Mempertahankan hubungan dengan pelanggan(keeping close to the customer).
            Keberhasilan penerapan manajemen mutu terpadu di sekolah diukur dari timgkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan.
            Dengan demikian untuk mengetahui pendidikan yang bermutu, perlu dikaji mutu dari segi proses, sebagaimana Popi (2010) produk maupun sisi internal dan kesesuaian. Dari segi proses, mutu pendidikan berarti keefektifan dan efisiensi seluruh faktor yang berperan dalam proses pendidikan. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Kualitas guru
b.      Sarana dan prsarana
c.      Suasana belajar
d.     Kurikulum yang dilaksanakan
e.      Pengelolaan sekolah
            Secara efisiensi internal, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bertujuan institusi dan kulikulernya dapat tercapai. Sedangkan, jika dilihat dari kesesuaian,pendidikan yang bermutu adalh pendidikan yang kemampuan lulusannya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang di pasaran dan sesua dengankriteria pada pengguna lulusan.

g.      Latar Belakang Pentingnya Manajemen Peningkatan Mutu dalam Pendidikan.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Pendidikan menjadi bagian penentu kemajuan dan ketahanan suatu bangsa di masa depan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif strategis dalam mencerdaskan bangsa dan modal utama pembangunan suatu bangsa. Pendidikan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut dapat mengakibatkan kemajuan, kesejahteraan dan pembangunan bangsa tercapai, jika sumber daya manusianya berkualitas. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas tergantung pada mutu pendidikan.

Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu menejerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.
Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Berikut ini beberapa masalah yang menyebabkan peningkatan mutu pendidikan belum berjalan secara maksimal :
1.               Akuntabilitas sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah.
2.               Penggunaan sumber daya yang tidak optimal dan rendahnya anggaran pendidikan merupakan kendala yang besar.
3.                Partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan rendah.
4.               Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungannya.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II
MUTU

A.    Definisi, Karakter dan Unsur Mutu

Definisi mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang memaknainya. Mutu menurut West-Burnham ialah ukuran relatif suatu produk atas jasa sesuai dengan standar mutu desain. Sedangkan menurut Garvi dan Davis, mutu ialah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Mutu menurut Sallis adalah konsep yang absolut dan relatif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka yang disebut mutu ialah produk dan atau jasa yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan memuaskan pelanggan.
Adapun mutu dibidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap didunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. Mutu bermanfaat bagi dunia pendidikan, dikarenakan:
1)      Meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah.
2)      Menjamin mutu lulusannya
3)      Bekerja lebih profesional
4)      Meningkatkan persaingan yang sehat

Karakteristik Mutu
Mutu memiliki 13 karakteristik, sebagai berikut:
1)      Kinerja (performa); berkaitan dengan aspek fungsional sekolah
2)      Waktu wajar (timeliness); selesai dengan waktu yang wajar
3)      Handal (reliability); usia pelayanan prima bertahan lama
4)      Daya tahan (durability); tahan banting
5)      Indah (aestetics)
6)      Hubungan manusiawi (personal interface); menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme
7)      Mudah penggunaannya (easy of use); sarana dan prasarana dipakai
8)      Bentuk khusus (feature); keunggulan tertentu
9)      Standar tertentu (conformance to specification ); memenuhi standar tertentu
10)  Konsistensi (consistency); keajegan, konstan, atau stabil
11)  Seragam (uniformity); tanpa variasi, tidak tercampur
12)  Mampu melayani (serviceability); mampu meberikan pelayanan prima
13)  Ketetapan (accuracy); ketetapan dalam pelayanan.

Unsur-unsur Mutu
Unsur-unsur standar pengendalian mutu adalah sebagai berikut:
1.      Independensi
2.      Penugasan personil
3.      Konsultasi
4.      Supervisi
5.      Pemekerjaan (hiring)
6.      Pengembangan profesional
7.      Promosi
8.      Penerimaan dan keberlanjutan klien
9.      Inspeksi

B.     Falsafah Mutu

Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori yang dipakai dasar bagaimana “pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan. Oleh karena itu, sebagai ilmu pendidikan juga memiliki landasan salah satunya adalah landasan filosofis yang dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu:
1.      Antologi
Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu.
2.      Epistimologi
Epistimologi/teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.
3.      Aksiologi
Aksiologi, suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). M. Arif menyatakan bahwa aksiologi (untuk apa) yaitu merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah di peroleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.

C.    Prinsip-prinsip Mutu

a.       Berfokus pada pelanggan, pelanggan pendidikan adalah peserta didik, orang tua /wali peserta didik, keluarga, pemerintah, pengusaha, dan alumni.pelanggan harus dipuaskan dengan mutu yang dihasilkan dunia pendidikan.
b.      Kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mengembangkan visi dan misi untuk mencapai tujuan organisasi.
c.       Melibatkan semua orang, organisasi membutuhkan kemampuan anggotanya untuk berinovasi dan berkreasi guna menguntungkan organisasinya.
d.      Pendekatan proses, hal ini menyangkut efisiensi dan efektifitas sebagai inti kegiatan organisasi.
e.        Pendekatan sistem dalam manajemen, hal ini mengingatkan pentingnya peran masing-masing subsistem yang saling terkait dalam proses untuk mencapai hasil terbaik.
f.       Peningkatan terus menerus, peningkatan yang kontinu adalah sasaran dari semua sistem mutu.
g.      Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan, setiap keputusan harus berdasarkan data dan informasi yang akurat, relevan, dan up to date.
h.      Hubungan yang saling menguntungkan, setiap organisasi dalam berhubungan dengan organisasi lainnya hendaknya menerapkan hubungan yang saling menguntungkan.

D.    Metode Mutu

Deming menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen.

E.     Keuntungan dan Kualitas yang Baik

. Berbicara mengenai jaminan kualitas atas produk pendidikan, maka selalu berkisar pada hasil belajar yang secara khusus menjadi landasan performa institusi, yaitu perilaku dan disiplin. TQM pendidikan berarti menjamin standar kualitas dalam manajemen pendidikan dengan pusat perhatian pada proses belajar, yaitu kualitas pengelolaan belajar yang akan menghasilkan inovasi bagi sekolah. Isu penting TQM dalam pendidikan adalah jaminan kualitas pelayanan belajar di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan praktik kerja lapangan sesuai kebutuhannya. Hal ini berarti meningkatkan standar kualitas pendidikan secara menyeluruh sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat. Untuk itu, fokus manajemen pendidikannya adalah menekankan pada monitoring proses pendidikan yang mengacu pada evektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan indikator performa dan kepuasan pelanggan internal dan eksternal.
Dasar konsep kualitas dalam pendidikan menurut Sallis selalu dipahami secara elitis dan kualitas tinggi dipandang dari pengalaman belajar, bukan pada aspirasi. Ide dasar kualitas tinggi manajemen pendidikan adalah bagaimana institusi pendidikan mendemonstrasikan performanya dengan standar yang tinggi. Kualitas juga merupakan konsep yang relatif. Definisi kualitas tidak hanya dipandang dari sisi produk atau pelayanan, tetapi sesuatu yang lebih dari itu, yaitu mendefinisikan kualitas produk dan layanan sesuai dengan prosedur dan standar yang telah di tentukan dan menjamin spesifikasi kualitas sistem secara konsisten serta memenuhi tuntutan pelanggan.   












 

 

BAB III
KONSEP MUTU PENDIDIKAN


A.    Permasalahan Mutu Pendidikan

Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu negara untuk meningkatkan kualitas hidup warga negaranya. Negara maju bisa dilihat dari proses atau mutu pendidikan yang baik dan berkualitas. Namun dewasa ini, permasalahan pendidikan yang sering dihadapi  banyak dan beragam. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, begitu banyak masalah yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Padahal pendidikan Indonesia  sudah diatur dalam UU no. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Tapi saat ini proses pendidakan masih dirasakan belum sepenuhnya berjalan dengan maksimal.
Seperti yang di sebutkan Nanang Fatah, bahwa masalah mutu pendidikan terutama pendidikan dasar di Indonesia mencakup :
 kemampuan keuangan yang tidak memadai, kepemimpinan kepala sekolah yang tidak kompeten, organisasi dan komitmen yang masih rendah, persepsi negative dari masyarakat, penataan staf, kurikulum yang tidak relevan, konflik polotik dan rasial, keterbatasan fasilitas, komunikasi yang tidak kondusif, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang tidak jelas, rendahnya peningkatan mutu guru, sertifikasi pendidikan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas belum dipenuhi, peningkatan kesejahteraan guru yang belum terpenuhi.
Kemudian Kompasiana dalam M. Rifai menyebutkan ada tujuh persoalan yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembelajaran yang terpaku pada buku paket
2.      Model pembelajaran ceramah
3.      Kurangnya daya dukung sarana prasarana dari regulator
4.      Peraturan yang membelenggu
5.      Guru tidak mengajari keterampilan bertanya, murid tidak berani bertanya
6.      Guru tidak berani mengajukan pertanyaan terbuka
7.      Siswa menyontek, guru pun juga ikut mencontek.

B.     Dasar-dasar Program  Mutu Pendidikan

Sistem pendidikan nasional sudah mengatur segala proses pendidikan yang mencakup segala aspek. Salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini juga dijelaskan dalam PP no. 19/2005 tentang standar nasional pendidikan yang menjelaskan dalam pasal 91 bahwa:
·         Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjamin mutu pendidikan.
·         Penjamin mutu pendidikan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan.
·         Penjamin mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjamin mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
Adanya pengelolaan mutu pendidikan nasional, dan kebijakan otonomi pendidikan daerah pemerintah seharusnya lebih maksimal lagi dalam meningkatkan mutu. Ada beberapa elemen dasar dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia:
1.      Insan pendidikan patut mendapatkan pengahargaan
Tentunya lebih baik jika pendidikan diberikan penghargaan ekstrinsik (gaji, tunjangan,bonus, dan komisi) maupun penghargaan intrinsic (pujian, tantangan, pengakuan, tanggungjawab, kesempatan dan pengembangan karir).
2.      Meningkatkan profesionalisme guru dan pendidik
Konsep “guru profesionalisme” ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/sekolah, serta teknologi informasi dan komunikasi.
3.      Sebisa mungkin kurangi dan berantas korupsi
Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai-nilai kejujuran justru mempertontonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
4.      Berikan saran dan prasarana yang layak
Sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan serba lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabotan lengkap, peralatan/laboratorium/media, insfrastruktur, sarana olahraga, dan buku dengan rasio 1:2                                             

C.    Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini merupakan prioritas utama. Hal ini bagian terpenting dalam membangun pendidikan yang berkelanjutan. Menurut Hensler dan brunell dalam (Husaini Usman) ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu pendidikan, yaitu sebagai berikut :

a.       Prinsip Pelanggan
Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan.
b.      Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki potensi.
c.       Manajemen Berdasarkan Fakta
Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (feeling)  atau ingatan semata.
d.      Perbaikan Terus-menerus
Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV
MENGORGANISASIKAN MUTU SEKOLAH

A.    Perencanaan Mutu

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia beserta jajarannya berusaha mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dari tahun ke tahun melalui berbagai variasi kebijakan strategis, seperti kebijakan yang menyangkut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), akreditasi sekolah, penyediaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), perbaikan manajemen berbasis sekolah, Ujian Akhir Nasional, dan peningkatan mutu guru melalui peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru. Disamping itu dilakukan juga peningkatan mutu pendidikan secara lebih sistematis yaitu dengan cara penerapan sistem penjaminan mutu di tingkat sekolah khususnya.

Pendapat Joseph C. Field yang dikutip Syafaruddin menyatakan bahwa untuk melakukan perencanaan mutu terpadu dalam pendidikan ada sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu : (1) mempelajari dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh; (2) memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus; (3) menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu; (4) membangun sistem mutu terpadu; (5) mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja; (6) mempelajari teknik untuk mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikannya tindakan koreksi dengan menggunakan teknik dan alat manajemen mutu terpadu; (7) memilih dan menetapkan pilot project untuk aplikasikan; (8) menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan menyadari akan keberhasilannya; (9) menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pimpinan yang akan menggunakannya; dan (10) memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas.

B.     Implementasi Mutu

Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen mutu sekolah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan. Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan  harus benar-benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Dalam sebuah sekolah, manajemen Mutu dapat diimplementasika kedalam organisasi pendidikan, dan implementasi tesebut dikatakan berhasil dan sukses, jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut;
1.    Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.    Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3.    Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.    Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya.
5.    Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.    Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.    Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Masih menurutnya agar pengimplementasian mutu dapat berjalan secara maksimal ada beberapa sumber yang mendukung kualitas tersebut antara lain;
1.    Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap kualitas.
2.    Sistem Informasi Manajemen
3.    Sumberdaya manusia yang potensial
4.    Keterlibatan semua Fungsi
5.    Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan
Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi-dimensi kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama  dengan warga sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Sehingga pengimplementasian mutu dapat meningkatkan kualitas dalam hal sebagai berikut:
1. Dimensi Kerja Organisasi
Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan mendayagunakan sumber–sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).
2. Iklim Kerja
Penggunaan sumber-sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.
3. Nilai Tambah
Pendayagunaan sumber-sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
4. Kesesuaian dengan Spesifikasi
Pendayagunaan sumber-sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang disepakati.
5. Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan
6. Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan sumber-sumber kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.

C.    Monitoring dan Evaluasi Mutu

Keberhasilan sebuah program dapat dilihat dari apa yang direncanakan  dengan  apa yang dilakukan, apakah hasil kualitas (mutu) yang diperoleh berkesesuaian dengan hasil perencanaan yang dilakukan. Untuk dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah program yaitu monitoring, monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta,data dan informasi  tentang pelaksanaan program, apakah proses pelaksanaan kegiatan dilakukan seusai dengan apa yang telah direncakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil monitoring adalah informasi untuk proses evaluasi sehingga hasilnya apakah program yang ditetapkan dan dilaksanakan memperoleh hasil yang berkesuaian atau tidak.
Teknik dalam pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan melalui kegiatan observasi langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku utama, dan kegiatan diskusi terbatas melalaui forum group discussion untuk memperoleh klarifikasi pelaksanaan program dan hasil yang bermutu. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti langkah langkah, pertama melakukan kegiatan perencanaan kegiatan, dimana langkah dan prosedur serta komponen isi yang akan domonitoring dan dievaluasi disiapkan dengan baik, kedua  pelaksanaan  kegiatan  monitoring  dan  evaluasinya  itu  sendiri,  dan  ketiga melaporkan  hasil  kegiatan  dalam  bentuk  laporan  tertulis  sebagai  bahan  untuk evaluasi dan balikan atas program-program yang sudah dilakukan sehingga kita akan mengetahui hasil kualitasnya.





BAB V
PERANGKAT DAN TEHNIK PEMCAHAN MASALAH

A.    Pernyataan Visi dan Misi dalam Total Quality Management

Visi dan misi pendidikan merupakan dua hal yang berbeda. Pembedaan dilakukan dengan maksud untuk memperjelas jenis institusi seperti apa harapan dan tujuan ke depannya. Visi dan misi ini akan memperjelas arah mana yang hendak dituju oleh lembaga pendidikan atau sekolah. Secara sederhana, visi dapat diartikan sebagai pandangan, keinginan, cita-cita, harapan, dan impian-impian tentang masa depan. Pernyataan visi ini mengisyaratkan mengenai tujuan puncak yang hendak dicapai oleh lembaga pendidikan atau sekolah.
Pernyataan visi dan misi pendidikan adalah agenda tujuan-tujuan yang menggambarkan prestasi yang harus dicapai organissasi yang telah disusun. Visi dan misi pendidikan ini tentu saja disusun dari penggalian akar budaya bangsa..
Misi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mewujudkan suatu visi tersebut. Misi dalam pendidikan seringkali diartikan sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan dan berkaitan dengan visi pendidikan, atau bisa dikatakan bahwa misi itu memberikan arahan yang jelas, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Visi dan misi merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan. Visi dan misi mempunyai pengertian yang berbeda. Akan tetapi, dengan adanya perencanaan yang baik, visi dan misi mampu terwujud dengan sempurna. Keberhasilan suatu visi dan misi pendidikan terletak dari peran aktif seluruh pihak sekolah. Tanpa peran aktif dari seluruh pihak sekolah, tidak akan terwujud atau hanya berada dalam angan-angan saja. Agar kita tidak kebingungan dalam membedakan antaraa visi misi pendidikan, berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh visi misi dan tujuan pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan.

B.     Faktor-faktor Yang Mempengaruh Keberhasilan Mutu

Ă° Faktor Internal
-          Kualitas Intrinsik Lembaga Pendidikan
-          Kurikulum
-          Kualifikasi pendidik
-          Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
-          Keberlanjutan
Ă° Faktor Eksternal
-          Globalisasi dan Teknologi Informasi
-          Kebijakan Pemerintah dan Kebijakan Lembaga Pendidikan
-          Faktor Ekonomi dan Industri
-          Faktor Tuntutan Masyarakat dan Pengguna Alumni
-          Replanning-Pengembangan Mutu

C.    Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Mutu

Ă° Kriteria tujuan yang baik
1.    Semua pihak yang akan terlibat diikutsertakan dalam menyusun tujuan/target
2.    Jelas
3.    Mudah dipahami semua pihak yang terlibat/terkait
4.    Setiap pihak yang terkait paham akan peran dan kedudukannya
Ă° Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh marasah dalam jangka waktu satu tahun, satu catur wulan, atau satu bulan. Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesiifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namun dalam penetuan sasaran yang mana da berapa besar/kecilnya sasaram, tetap harus didasarkan atas hasil analisis sasaran.
Ă° Manfaat Mutu
-          Fasilitator program pelatihan dan pengembangan profesi
-          Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
-          Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
-          Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi

D.    Aspek-aspek Program Pengukuran Kualitas Mutu

Teknik menyusun program peningkatan mutu lembaga pendidikan melalui:
1.      School Review
-          Proses mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah dan mutu lulusan
-          Dilakukan oleh seluruh komponen sekolah yang bekerja sama dengan stake holder/tenaga ahli
-          Menghasilkan rumusan kelemahan, kelebihan, informasi prestasi sekolah, serta rekomendasi untuk pengembangan jangka menengah
2.      Benchmarking
-          Kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu
-          Dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok, atau lembaga
3.      Quality Assurance
-          Teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana mestinya
-          Deteksi penyimpangan yang terjadi pada proses
-          Menekankan pada teknik monitoring yang berkesinambungan, melembaga, dan menjadi sub sistem sekolah
-          Menghasilkan:
o   Umpan balik
o   Jaminan pelayanan terbaik pada stakeholder
4.      Quality Control
Merupakan sistem pendeteksi penyimpangan kualitas output dari standar.

E.     Analisa Bidang Kekuatan Mutu

Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih harus diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud meliputi pengembangan kurikulum, pengembangan tenaga kependidikan dan non-kependidikan, pembinaan siswa, pengembangan iklim akademik lembaga pendidikan, pengembangan fasilitas, pengembangan lembaga pendidikan-masyarakat, dan fungsi-fungsi lain. Setelah fungsi-fungsi yang peru dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis kekuatan-kelemahan dan peluang-tantangan/ancaman atau strength-weakness and opportunity-threat (SWOT Analysis).
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi lembaga pendidikan yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT diklakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal mapun eksternal. Tingkat kesiapa harus memadai, artinya minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, yang dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal; peluang bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan, dinyatakan bermakna: kelemahan, bagi faktor yang tergolong internal; dan ancaman, bagi faktor-faktor eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan.
Dari hasil analisis SWOT, kemudian memilih langkah-langkah pemecahan persoalan (peniadaan) persoalan, yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, diperlukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan itu lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang hakikatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan / ancaman, agar menjadi kekuatan/peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu atau lebih  faktor yang bermakna kekuatan/peluang.

F.     Pemodelan Proses Peningkatan Mutu

Proses Peningkatan Mutu lembaga pendidikan yaitu melalui tiga tahap:
1.      Persiapan
Dalam tahap ini meliputi:
-          Menyampaikan informasi pada guru, staf administrasi dan orang tua siswa
-          Menyusun tim pengembang yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pakar
-          Melatih tim evaluasi sekolah
-          Menentukan fokus, aspek yang akan dievaluasi
-          berikut indikatornya masing-masing
-          Menentukan secara random subjek sumber informasi dan sampel responden.
2.      Implementasi
Tahap ini meliputi:
-          Pengumpulan informasi
-          Pengolahan informasi
-          Penyusunan draft laporan dan rekomendasi
-          Penyampaian laporan dan rekomendasi
3.      Tindak lanjut
Tahap ini meliputi:
-          Kepala sekolah, guru, dan orang tua mempelajari hasil evaluasi
-          Menyusun skala prioritas
-          Menentapkan sasaran dan target sekolah
-          Menyusun program kerja untuk meningkatkan mutu sekolah

G.    Penilaian Profesional Mutu

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program lembaga pendidikan perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir catur wulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui sebarapa jauh progrgam peningkatan mutu telah mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.
Dalam pelaksaan evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam program, khusunya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dlakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula, orangtua peserta didik dan masyarakat sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan hasil penilaian internal. Suatu hal yang bisa terjadi bahwa orangtua peserta didik dan masyarakat menilai suatu program gagal atau kurang berhasil, walaupun pihak sekolah menganggapnya cukup berhasil. Dalam hal ini perlu disepakati adalah indikator apa saja yang perlu ditetapkan sebelum penilaian dilakukan.



BAB VI
BIAYA MUTU

 

1.      Definisi dan Jenis Biaya Mutu

Biaya mutu adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk mutunya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya mutu berhubungan dengan dua subkategori dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mutu, yaitu kegiatan pengendalian (control activities) dan kegiatan karena kegagalan (failure activities). Kegiatan pengendalian dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi mutu yang buruk. Sedangkan kegiatan karena kegagalan dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespons mutu yang buruk.

Biaya mutu dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi besar:
1.      Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain produk dan system produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem-sistem tersebut.
2.      Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan produk
3.      Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat produk gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi secara internal atau eksternal. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi selama proses produksi. Sedangankan biaya eksternal adalah biaya yang terjadi setelah produk dijual.

2.      Konsep biaya mutu

Terdapat dua pandangan untuk mewujudkan biaya mutu yang optimal, antara lain:
a.       Pandangan tradisional
Banyak ahli mutu percaya bahwa ada keseimbangan optimal antara biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Jika biaya pencegahan dan penilaian naik maka biaya kegagalan menurun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pencegahan dan penilaian, maka perusahaan harus secara kontinyu meningkatkan usaha-usahanya untuk mencegah atau mendeteksi ketidaksesuaian unit-unit produk yang dihasilkan dengan persyaratan-persyaratannya.
b.      Pandangan kelas dunia
Bagi banyak perusahaan, persaingan yang ada saat ini sangat intensif dan mutu dapat menawarkan suatu keunggulan daya saing yang penting. Jika pandangan konvensional mengenai mutu dinilai salah, maka perusahaan yang mengetahui kesalahan ini dapat memanfaatkan pengetahuannya dengan mengurangi produk rusak dan sekaligus menurunkan biaya mutu total mereka

3.      Perilaku biaya kualitas

Dewasa ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang di antara para praktisi mengenai biaya kualitas:
1.      Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula.
2.      Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan.
3.      Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk atau jasa dihasilkan secara benar sejak awal.
 Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu. Bila standar kerusakan nol dapat dicapai, maka perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian/ deteksi. Menurut para pakar kualitas, suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan.

4.      Biaya pasti dan biaya yang dapat dihindari

Biaya kualitas merupakan istilah yang diciptakan oleh Joseph Juran. Biaya untuk mencapai tingkat kualitas tertentu dibagi menjadi biaya yang dapat dihindari dan biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang tidak dapat dihindari dikaitkan dengan inspeksi dan pengendalian kualitas yang dirancang untuk mencegah terjadinya kerusakan (defects). Biaya yang dapat dihindari adalah biaya kegagalan produk yang meliputi bahan baku yang rusak, jam kerja yang digunakan untuk pengerjaan ulang dan perbaikan, pemrosesan keluhan, dan kerugian finansial akibat pelanggan yang kecewa. Implikasi manajemen dari pandangan iniadalah bahwa pengeluaran tambahan untuk perbaikan kualitas dapat dijustifikasi selama biaya kegagalan masih tinggi.
Jerome S. Arcaro membagi dua tipe biaya mutu: biaya pasti dan biaya yang bisa dihindari. Biaya pasti adalah biaya yang diperlukan untuk mencapai dan menjaga standar kerja baku. Biaya pasti mencakup pencegahan dan inspeksi. Biaya yang dapat dihindari mencakup beberapa inspeksi dan biaya semua kegagalan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar